GANGGUAN DEPRESI PADA PENDERITA PASKA STROKE 3 MINGGU-3 BULAN, HUBUNGANNYA DENGAN FAKTOR DEMOGRAFI DAN STATUS FUNGSI AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Dwi Priyo Hartono, M.S. Hartono, Bambang Hartono

Secara klinis, depresi yang terjadi pada stroke akut erat kaitannya dengan lesi yang terjadi. Sedangkan depresi yang timbul sesudah fase akut (lebih dari 3 minggu) cenderung sekunder akibat reaksi hendaya fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya risiko faktor demografi dan status fungsi aktivitas kehidupan sehari-hari terhadap kejadian depresi pasca stroke 3 minggu-3 bulan.

Peneliti melakukan kunjungan rumah terhadap 29 penderita pasca stroke 3 minggu-3 bulan yang memenuhi kriteria inklusi dan 20 penderita (69%) yang berhasil diwawancarai. Diagnosis depresi berdasarkan DSM IV, dan proporsi pasien depresi merupakan variabel dependen. Sedangkan variabel independen terdiri dari: jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, status sosial, peran dalam ekonomi keluarga dan skor ADL. Adanya hubungan kedua variabel tersebut ditentukan dengan prevalence odd ratio dan uji kemaknaan Fisher exact test.

Hasilnya, proporsi depresi pasca stroke 3 minggu-3 bulan = 35%, 71,4% depresi minor dan sisanya 28,6% depresi mayor. Faktor demografi tidak terbukti secara statistik merupakan faktor risiko untuk terjadinya depresi pasca stroke 3 minggu-3 bulan. Sedangkan penderita dengan skor ADL rendah terbukti bermakna secara statistik merupakan faktor risiko untuk terjadinya depresi pasca stroke (3 minggu-3 bulan). Penderita dengan skor ADL rendah mempunyai risiko depresi 14 kali lebih besar dibanding penderita dengan skor ADL tinggi.

Bagian Psikiatri FK UNDIP R.8E

R.S. dr. Kariadi Cabang Semarang

Telp. 022 445567